Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Bentuk antara Jantan dan betina sangaaat mirip, biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.
Maleo adalah monogami spesies, artinya hanya pemiliki 1 pasangan seumur hidupnya.. kesetiaan burung maleo ini patut dicontoh yaa manusia... hihii
Populasi burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an.
Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga.
Tempat bersarang burung Maleo ini juga unik loh...
Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka untuk menetaskan telurnya. Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Waaah, ternyata memang besar sekali!!!
Oh ya si burung gosong hitam manis ini hanya bisa hidup di dekat pantai berpasir panas atau di pegununungan yang memiliki sumber mata air panas. Sebab di daerah dengan sumber panas bumi itu, Maleo akan mengubur telurnya dalam pasir kira-kira sedalam 50-100 cm.
Ada fakta menarik nih tentang burung maleo..
Setelah bertelur, burung maleo akan pingsan sesaat! Hal tersebut terjadi karena energi yang dikeluarkan untuk bertelur sangat besar.. kebayangkan telur nya aja besar bangett ya..
Setelah bertelur, induk burung maleo tidak pernah menengok lagi telurnya, benar-benar disuruh mandiri si anak burung maleo sejak masih dalam telur nyaa..
Sang anak harus berjuang sendiri untuk keluar dari timbunan pasir hangat bersuhu sekitar 32-35 derajat celcius hingga kurang lebih selama 48 jam sampai di atas permukaan tanah. Dengan kondisi yang demikian, maka di habitat aslinya banyak anak maleo yang mati ditengah upaya memperjuangkan hidupnya. (Kasian bayi maleo)
Setelah berjuang keluar dari dalam timbunan pasir, anak maleo masih harus berjuang diri dari predator alami seperti babi hutan, biawak dan elang. Namun ancaman paling berbahaya tetap datang dari mahluk hidup penguasa bumi yaitu manusia.
Untunglah anak maleo langsung bisa terbang, walaupun dalam kesehariannya burung hitam manis ini lebih memilih berjalan kaki daripada terbang.